TENTANG INDIGOFERA
Tanaman Indigofera spp. adalah salah satu genus legum pohon
terbesar dengan perkiraan 700 spesies, 45 jenis tersebar diseluruh wilayah
tropis (Schrire 2005). Spesies Indigofera kebanyakan berupa semak meskipun ada
beberapa yang herba, dan beberapa lainnya membentuk pohon kecil dengan tinggi
mencapai 5 sampai 6 meter. Ciri tanaman Indigofera memiliki daun yang menyirip
dengan ukuran 3-25 cm, dengan bunga kecil berbentuk raceme dengan ukuran
panjang 2-15 cm. Tanaman Indigofera sp. dapat beradaptasi tinggi pada kisaran
lingkungan yang luas, dan memiliki berbagai macam morfologi dan sifat agronomi
yang sangat penting terhadap penggunaannya sebagai hijauan dan tanaman penutup
tanah (cover crops) (Hassen et al. 2006). Ciri–ciri legum Indigofera sp. adalah
tinggi kandungan protein dan toleran terhadap kekeringan dan salinitas (Skerman
1982), saat akar terdalamnya dapat tumbuh kemampuannya untuk merespon curah
hujan yang kurang dan ketahanan terhadap herbivor merupakan potensi yang baik
sebagai cover crop (tanaman penutup tanah) untuk daerah semi-kering dan daerah
kering (Hassen et al. 2004, 2006).
Beberapa spesies di Afrika dan Asia telah dilaporkan dapat
digunakan sebagai hijauan (I. hirsuta, I. pilosa, I. schimperi Syn, I.
oblongifolia, I. spicata, I. subulata Syn, dan I. trita) dan tanaman penutup
tanah (cover crop) (I. hirsuta dan I. trita) (Hassen et al. 2007). Spesies
lain, seperti I. arrecata Hochst.ex A.Rich., I. articulata Gouan, I.
suffruticosa Mill. dan I. tinctoria L., juga digunakan sebagai bahan pewarna,
pakan ternak, pastura Vol. 2 No. 1 : 30 - 33 ISSN : 2088-818X 31 pelindung
tanah, tanaman penutup humus, kontrol erosi dan tanaman hias (Schrire 2005).
Sekitar 50% jenis Indigofera spp. yang ada beracun dan hanya 30% yang palatable
(Strickland et al. 1987), akan tetapi jenis yang palatable memiliki potensi
yang besar sebagai hijauan pakan, sedangkan jenis yang tidak palatable
(beracun) sangat cocok sebagai cover crop terutama pada daerah kering, semi
kering dan gurun (Hassen et al. 2006). Indigofera spp. memiliki banyak peran
penting dalam bidang pertanian maupun industry. Indigofera sp. dalam bidang
pertanian banyak digunakan sebagai sumber pakan hijauan,tanaman penutup tanah,
pupuk hijau, mulsa, pengendali erosi dan tanaman hias, sedangkan dalam bidang industry
digunakan sebagai pewarna alami dan obat-obatan.
PERANAN INDIGOFERA Spp. DALAM PERTANIAN Sumber pakan hijauan
Upaya penyediaan hijauan yang berkualitas dan berkesinambungan merupakan suatu
masalah spesifik di Indonesia. Kesulitan penyediaan hijauan makanan ternak
dalam jumlah besar terutama yang berkadar protein tinggi, mudah dibudidayakan,
daya adaptasi tinggi, dan produksi biomas tinggi merupakan suatu masalah yang
sering terjadi di daerah tropis terutama pada musim kemarau panjang. Untuk
menanggulangi kekurangan pakan ternak terutama hijauan, perlu dicari alternatif
pakan yang tersedia secara berkesinambungan dan tidak bersaing dengan manusia.
Leguminosa pohon sebagai tanaman pakan di daerah tropis memegang peranan
penting dalam penyediaan pakan hijauan yang bergizi tinggi untuk kebutuhan
konsumsi ternak. Salah satu contoh leguminosa pohon yang dapat menghasilkan
hijauan sepanjang tahun adalah Indigofera zollingeriana. Tanaman ini merupakan
leguminosa pohon yang tersebar di daerah tropis Asia. Produksi bahan kering
(BK) total Indigofera zollingeriana mencapai 51 ton hijauan kering/ha/tahun
dengan interval defoliasi 60 hari dapat menghasilkan hijauan berkualitas
(Abdullah & Suharlina 2010) dan kandungan asam amino yang lengkap serta
vitamin larut lemak (Suharlina, belum dipublikasi). Tepung daun Indigofera
zollingeriana mengandung protein kasar (PK) berkisar 23,66–31,1%, NDF
48,39-54,09%, ADF 47,25-51,08% (Suharlina 2010); Ca 3,08-3,21%, P 0,22-0,35%,
(Abdullah & Suharlina 2010) dan koefisien cerna in vitro bahan organik dan
protein masing-masing berkisar 65,33-70,64% dan 87,15-90,64% (Suharlina 2010).
Uji coba palatabilitas dan penggunaan hijauan segar Indigofera zollingeriana
pada kambing kacang menunjukkan peningkatan efisiensi pakan dan bobot badan hingga
45% (Tarigan 2009). Tanaman Indigofera zollingeriana termasuk tanaman yang
responsif terhadap perlakuan nutrisi. Perlakuan pemberian pupuk cair organik
yang dibuat sendiri dapat memperbaiki pertumbuhan (Budie 2010; Suharlina 2010)
dan memperbaiki komposisi nutrisi dan kecernaan hijauan Indigofera
zollingeriana (Suharlina 2010; Abdullah 2011) serta fermantabilitasnya dalam
rumen kambing (Jovintry 2011). Pengolahan hijauan Indigofera zollingeriana
menghasilkan produk pelet daun murni (100%) bernama Indigofeed (Abdullah 2010),
yang telah diuji daya simpan, daya kemudahan penanganan dan pabrikasinya (Izzah
2011). Penggunaan Indigofeed dalam ransum kambing menunjukkan terjadi
peningkatan produksi susu hingga 26% dan terjadi peningkatan efisiensi pakan 15-23%
dan efisiensi nutrisi 5-9% (Apdini 2011).
TANAMAN PENUTUP TANAH Tanaman Indigofera spp ada yang berupa
semak sehingga bisa digunakan untuk tanaman penutup tanah (cover crop) terutama
pada lahan terbuka dan lahan reklamasi. Dengan demikian dapat mencegah erosi
dan run off unsur hara yang terdapat pada permukaan tanah. Tanaman Indigofera
sp. yang banyak digunakan sebagai tanaman penutup tanah adalah Indigofera
hirsuta dan Indigofera trita (Hassen et al. 2007) Indigofera spp. sebagai pupuk
hijau Tanaman Indigofera merupakan leguminosa yang dapat bersimbiosis dengan
bakteri Rhizobium sp. sehingga dapat menfiksasi N dari udara lebih banyak.
Adanya nodul yang dibentuk oleh bakteri Rhizobium sp. dapat menyediakan N dalam
tanah sehingga tanaman ini dapat meningkatkan status bahan organik lahan,
meningkatkan status N, dan mengurangi penggunaan pupuk kimiawi. Tanaman
Indigofera juga telah dipergunakan sebagai naungan di perkebunan kopi, teh dan
karet di daerah tropis Afrika dan dapat ditanam bersama tanaman pangan sebagai
companion crop. Indigofera spp. sebagai mulsa Indigofera dapat digunakan mulsa
karena daunnya mengandung protein yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai
sumber N. Selain itu tanaman Indigofera yang berkayu merupakan “carbon store”
sehingga dapat menyimpan karbon. Dengan demikian kandungan karbon pada ranting
dan N pada daun tanaman Indigofera dapat memperbaiki sifat fisik tanah,
memperbaiki aktivitas biologi tanah, mengendalikan gulma, menekan penggunaan
herbisida, meningkatkan kesuburan tanah. Indigofera spp. sebagai pengendali
erosi Tanaman Indigofera yang berkayu (pohon) dapat dimanfaatkan sebagai
tanaman model dalam system alley cropping di daerah dengan kontur curam. Dengan
demikian tanaman ini dapat menekan run off dan erosi. Atau dapat pula ditanam
mengelilingi tanaman pangan sebagai companion crop pada daerah yang miring.
Indigofera spp. sebagai tanaman hias Beberapa spesies Indigofera juga
berpotensi sebagai tanaman hias karena mempunyai bunga yang unik dengan
lengkungan batang yang indah. Contohnya adala Indigofera autralis. Manfaat
Indigofera Sp. dalam Bidang Pertanian dan Industri [Suharlina] 32 pastura ❖ Volume 2 Nomor 1 Tahun 2012 ISSN 2088-818X
PERANAN INDIGOFERA
Sp. DALAM INDUSTRI Indigofera Sp sebagai pewarna batik Batik merupakan warisan
budaya Indonesia yang sangat khas. Di Indonesia motif dan warna batik sangat
banyak yang mencerminkan asal daerahnya masing-masing seperti batik Madura.
batik Jogja, batik Pekalongan dan lain sebagainya. Sejak dahulu perwarnaan
batik tidak dilakukan dengan menggunakan bahan pewarna kimia/sintetis seperti
pada beberapa pewarnaan sintetis yang dilakukan oleh pabrik tekstil saat ini.
Pembatik jaman dahulu memanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk diambil zat warna nya,
sehingga sifat kain batik yang tercipta adalah ramah terhadap lingkungan maupun
pada kulit manusia. Tumbuh-tumbuhan yang digunakan juga bervariasi, ada
jenis-jenis tumbuhan yang diambil batangnya, kulitnya, buahnya, hingga pada
daunnya. Indigofera Spp. adalah salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan
untuk mewarnai batik dengan zat warna alam. Tanaman Indigofera tinctoria
mengandung pigmen indigo yang sangat penting untuk pertanian komersial pada
daerah tropik dan sub tropik. Kandungan zat warna yang terdapat di dalamnya
memiliki karakter warna biru-hijau, tergantung fiksatornya. Proses pengambilan
zat warna dari tanaman indigofera tidak mudah dan harus melalui tahapan yang
tidak sederhana. Pada umumnya hampir semua jenis zat warna alam mampu mewarnai
bahan dari sutera dengan baik, namun tidak demikian dengan bahan dari kapas
katun. Indigofera Spp. sebagai obat Tanaman indigofera mengandung beberapa
senyawa sekunder sehingga dapat digunakan sebagai obat. Beberapa senyawa
sekunder yang terkandung dalam Indigofera spp. diperlihatkan pada Tabel 1. Senyawa
sekunder pada tanaman Indigofera spp banyak dijumpai pada daun dan akar dan
pada umumnya senyawa sekunder Indigofera larut dalam air (Jeyachandran et al.
2011). Tabel 1 Senyawa sekunder yang terkandung dalam beberapa jenis
indigofera. Spesies Tipe Senyawa I. caerlesii, I. kirilowii, 64 spesies
Indigofera lainnya 3-nitro propionic acid Indigofera spicata, I. amophoides, I.
arrecta, I. cryptantha, I. vicioides indispicine Indigofera hetrantha Lignan
dan acyl-phloroglucinol Indigofera suffruticosa Lektin, glycoprotein Indigofera
colutea, I. macrocalyx, I. nigritana, I. pulchra, I. tinctoria Triterpenoid,
steroid, flavonoid, quinine, tannin Indigofera trita LF SPP subulata Glikosida,
terpenoid, saponin, tannin dan alkaloid Sumber: Wina E. 2011 Beberapa spesies
Indigofera digunakan untuk pengobatan (antipiretik, pencahar, diuretik, dan
berguna pada serangan ular, lebah dan serangga menggigit lainnya) (Tokarnia et
al. 2000); dan dapat digunakan sebagai anti kanker Vieira et al. (2007).
Penggunaan Indigofera suffruticosa sebagai anti kanker dicoba pada tikus
sebanyak 50 ppm dengan infuse dan 12,5 ppm dengan maserasi dapat menghambat
kanker sekitar 19,5-20%; sedangkan maserasi 25 ppm memperlihatkan hasil terbaik
yaitu menghambat kanker sampai 22,15% (Vieira et al. 2007).
KESIMPULAN Tanaman Indigofera spp. memiliki banyak potensi
dalam bidang pertanian maupun industry, tetapi belum digunakan secara optimal.
Selama ini ini Indigofera spp banyak digunakan sebagai pewarna dan obat
tradisional. Selama 5 tahun terakhir Indigofera sp banyak dieksplorasi sebagai
sumber pakan hijauan untuk kambing. Penggunaan Indigofera spp. sebagai obat
harus mempertimbangkan dosisnya agar tidak menyebabkan keracunan. SARAN Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk peranan Indigofera spp. sebagai sumber
pakan hijauan maupun obat-obatan, karena senyawa sekunder yang terkadung dalam
setiap jenis Indigofera berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah L, Suharlina. 2010. Herbage yield
and quality of two vegetative parts of Indigofera at different time of first
regrowth defoliation. Med. Pet. 33(1):44-49 Abdullah L. 2010. Pengembangan
pelet Indigofera sebagai sumber pakan hijauan berkualitas. Laporan Hibah
Insentif. Kementrian Riset dan Teknologi. Abdullah L. 2011. Herbage production
and quality of shrub Indigofera tretead by different concentration of foliar
fertilizer. J. Anim. Aci. And Tech. Vol 33(3): 131-137. Apdini TAP. 2011.
Pemanfaatan Pellet Indigofera sp. Pada Kambing Perah Peranakan Etawah Dan
Saanen (Studi Kasus Peternakan Bangun Karso Farm). Dalam proses publikasi.
Institut Pertanian Bogor, Indonesia. Budie DS. 2010. Aplikasi pupuk organik
cair sebagai pemacu pertumbuhan dan produksi tanaman pakan legum Indigofera sp.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Indonesia. Hassen A, Pieterse PA, Rethman
NFG. 2004. Effect of preplanting seed treatment on dormancy breaking and
germination of Indigofera accessions. J Tropical Grasslands 38:154–157. Hassen
A, Rethman NFG, Apostolides Z. 2006. Morphological and agronomic
characterisation of Indigofera species using multivariate analysis. J Tropical
Grasslands 40: 45–59. Hassen A, Rethman NFG, van Niekerk WA, Tjelele TJ. 2007.
Influence of season/year and species on chemical composition and in vitro
digestibility of five Indigofera accession. J Animal Feed Science and
Technology 136: 312–322. Izzah U. 2011 Kualitas Fisik Pelet Daun Legum
Indigofera sp. dengan Menggunakan Ukuran Pellet Die yang Berbeda dan Lama
Penyimpanan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Indonesia. Jeyachandran R,
Baskaran XR. Cindrella L. 2011. Phytochemical Screening and Antimicrobial
Activity of Indigofera aspalathoides Vahl. Nature of Pharmaceutical Technology.
1(3): 1-5 33 Jovintry I. 2011. Fermentabilitas dan Kecernaan In Vitro Daun
Tanaman Indigofera sp. Yang Mendapat Perlakuan Pupuk Cair untuk Daun. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor, Indonesia. Schrire BD. 2005. Tribe Indigoferae. In:
Marquiafa´vela, FS, Ferreirab MDS, Teixeiraa SP. Novel reports of glands in
Neotropical species of Indigofera L. (Leguminosae, Papilionoideae). J Flora 204:
189–197. Skerman PJ. 1982. Tropical Forage Legumes. Food and Agricultural
Organization: Rome. Strickland RW, Lambourne LJ, Ratcliff D. 1987. A rat
bioassay for screening tropical legume forages and seeds for palatability and
toxicity. Australian Journal of Experimental Agriculture 27:45–53. Suharlina.
2010. Peningkatan Produktivitas Indigofera sp. Sebagai Pakan Berkualitas Tinggi
Melalui Aplikasi Pupuk Organik Cair. Tesis. Institut Pertanian Bogor,
Indonesia. Tarigan A. 2009. Productivity and utilization of Indigofera sp. as
goat’s feed obtained from different interval and intensity of cutting. Thesis.
Bogor Agricultural University, Indonesia. Tokarnia CH, Dobereiner J, Peixoto,
PV. 2000. Plantas To´xicas do Brasil. In : Marquiafa´vela, FS, Ferreirab MDS,
Teixeiraa SP. Novel reports of glands in Neotropical species of Indigofera L.
(Leguminosae, Papilionoideae). J Flora 204: 189–197. Vieira JRC, Antonia de
Souza I, Carneiro do Nascimento S, Leite SP. 2007. Indigofera suffruticosa: An
Alternative Anticancer Therapy. eCAM;4(3)355–359. Wina E. 2011. Senyawa
sekunder dalam Indigofera: sefek positif dan negative serta teknologi
mengurangi efek negatifnya. Makalah workshop Ind
Komentar
Posting Komentar